Sambang Lihum

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BLUD RSJ SAMBANG LIHUM

Melayani Dengan Penuh Kepedulian

Sambang Lihum

STOP BULLYING

Tahukah anda bahwa bullying tidak hanya terjadi di sekolah ? Ya, bullying juga bisa terjadi di tempat kerja. Peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tahun 2017 telah mengambil tajuk Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja. Tempat bekerja menjadi tempat berkumpulnya individu dengan berbagai karakter yang mana memiliki cara bekerja dan bersosialisasi sesuai karakter masing-masing. Di sisi lain, bekerja juga dapat memberikan kesempatan untuk meraih prestasi yang positif, pencapaian hasil dan membina persahabatan atau hubungan baik dengan rekan kerja. Bekerja juga menjadi sumber utama untuk mendapatkan umpan balik yang positif dan mungkin menjadi komponen utama dalam pembentukan identitas seseorang. Dengan demikian, bekerja sedikit banyak dapat mempengaruhi emosi, kepercayaan diri dan kepribadian. Namun, potensi konflik dan gesekan sosial dalam tempat kerja tetap saja tidak dapat terhindarkan. Salah satu sumber masalah terbesar yang mewakili konflik di tempat kerja adalah workplace bullying atau bullying di tempat kerja. Workplace bullying merupakan perilaku yang berulang pada target individual seperti kekerasan verbal, atau perilaku yang bersifat ancaman, mempermalukan, intimidasi, dan sabotase yang berkaitan dengan pekerjaan.

Bullying berbeda dengan agresifitas/penyerangan. Agresi merupakan sebuah perbuatan yang nyata yang dapat dilihat, sedangkan bullying merupakan perlakuan berulang pada satu target yang akan membuat sebuah pola kebiasaan. Contoh dari bullying adalah tuduhan tanpa adanya kebenaran, diperlakukan berbeda dari kerabat yang lain, pengucilan sosial, menghina, memaki, serta dijadikan target lelucon. Bullying di tempat kerja sering melibatkan penyalahgunaan atau penyalahgunaan kekuasaan. Bullying mencakup perilaku yang mengintimidasi, menyinggung, atau mempermalukan seorang pekerja, dan seringkali dilakukan di depan orang lain. Perilaku menindas menciptakan perasaan tidak berdaya pada target dan merongrong hak individu terhadap martabat di tempat kerja.

Secara umum bullying di tempat kerja dapat digolongkan menjadi bullying secara verbal, fisik, relasional dan pengabaian serta bullying elektronik. Bentuk bullying yang paling sering sering terjadi adalah bullying verbal berupa julukan nama bernada celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, gosip, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk bullying secara fisik antara lain memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, mencakar, serta meludahi seseorang yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang milik seseorang yang tertindas. Bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Bullying secara relasional (pengabaian), digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Bullying elektronik merupakan bentuk dari perilaku  bullying  yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.

Adapun pekerja yang mengalami bullying di tempat kerja akan mengalami hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan fisik dan psikologis, seperti: distress, cemas, panic attack, depresi, gangguan tidur, perasaan terasing di tempat kerja, penyakit fisik (sakit kepala, musculoskeletal disorder), luka (fisik ataupun psikologis), hingga resiko bunuh diri pada pekerja, serta mengalami hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, seperti: berkurangnya kualitas performa kerja, hilangnya kepercayaan diri, hilangnya konsentrasi, dan kesulitan dalam pengambilan keputusan. Ditambah lagi, bullying di tempat kerja juga mempengaruhi hubungan antara pekerja dengan rekan kerjanya, kerabat, teman, dan keluarga mereka.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas kehidupan kerja adalah menciptakan kondisi kerja anti-bullying di tempat kerja, karena bullying itu sendiri berdampak pada kesehatan pekerja, khususnya dampak psikologis. Berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan bullying di tempat kerja dan kualitas kehidupan kerja menjadi acuan bagi peneliti untuk menguji secara empirik bagaimana pengaruh bullying di tempat kerja terhadap kualitas kehidupan kerja.

Perusahan atau organisasi dapat menerapkan beberapa langkah agar mencegah terjadinya bullying, seperti membuat kebijakan anti-intimidasi toleransi tinggi. Kebijakan ini harus menjadi bagian dari komitmen yang lebih luas terhadap lingkungan kerja yang aman dan sehat dan harus melibatkan perwakilan sumber daya manusia yang sesuai. Jika intimidasi tertanam dalam organisasi, keluhan harus ditangani dengan serius dan segera diselidiki. Penugasan kembali orang-orang yang terlibat mungkin diperlukan. Pengaturan lingkungan kerja untuk memasukkan rasa otonomi, penguasaan individu, dan kejelasan harapan tugas bagi karyawan juga diperlukan. Karyawan harus disertakan dalam proses pengambilan keputusan di tempat kerja. Pastikan manajemen memiliki bagian aktif dalam staf yang mereka awasi, bukan jauh dari mereka. Perlu dilakukan survei sikap para pekerja dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kepekaan manajemen dalam menghadapi dan merespons konflik juga dapat menjadi pencegahan dari bullying. Edukasi tentang bullying, dampaknya serta cara-cara mengatasi bullying kepada seluruh komponen personel dalam lingkungan kerja juga harus dilakukan dalam strategi pencegahan bullying di tempat kerja. (KARTIKA/NANDA/DONNY/OCHA-2017)